KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan
khadirat Allah S.W.T yang telah memberikan kami karunia dan limpahan rahmat
sehingga kami sekelompok dapat menyusun makalah ini dengan baik, serta tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “MASALAH LINGKUNGAN”.
Makalah ini di buat berdasarkan
observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak juga media untuk menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak
kesalahan yang mendasar dari makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang
pembaca untuk memberi kritik dan saran yang dapat membangun kami. Kritik
konstruktif sangat berarti bagi kami demi menyempurnakan makalah selanjutnya.
DAFTAR ISI
Kata pengantar……………………………………………….……………………………………………………………………………………
2
Daftar
isi………………………………………………………………………………………………………………………………………………. 3
Bab 1 pendahuluan
A. Latar
belakang masalah……………………..…………………………………………………………………………..………. 5
B. Tujuan
kegiatan……………………………….……………………………………………………………………………………... 5
C. Rumusan
masalah……………………………………………………………………………………………….………………….. 5
Bab 2 pembahasan
Hasil Observasi……………………………………………………………………………………………………………………………………..
6
Masalah Lingkungan………………………………………………………..……………………………………………………………….….
11
1. Konservasi……………………….………………………………………………………………………………………….......
11
2. Pembuatan
bendungan………………………………………………………………………………………………….... 12
3. Pertanian
Intensif………………………………………………………………………………………………………….…. 12
1. Pencucian
tanah………………………………………………………………………………………………….. 14
2. Adanya
larutan nitrit dan penyuburan tanah…………………………………………………….. 15
3. Penggunaan
pestisida………………………………………………………………………………………..… 15
4. Tingkat
Kestabilan ekosistem rendah…………………………………………………………………… 17
4. Rekayasa
Genetik…..…………………………………………………………………………………………………………. 17
5. Perubahan
Iklim……………………………………………………………………………………………………………..... 19
6. Populasi
berlebihan………………………………………………………………………………………………………..… 20
7. Degradasi
lahan………………………………………………………………………………………………………………… 21
1. Desertifikasi……………………………………………………………………………………………………..…..
21
2. Polusi
Tanah……………………………………………………………………………………………………….… 21
3. Hubungan
polusi tanah dengan polusi air dan udara……………………………………………. 22
8. Masalah
tanah………………………………………………………………………………………………………………….. 23
1. erosi
tanah…………………………..………………………………………………………………………………. 23
2. kontaminasi
tanah……………………………………………………………………………………………….. 23
3. Salinitas
Tanah…………………………………………………………………………………………………….. 24
9. Polusi.……………………………………………………………………………………………………………………………….
24
1. Polusi
Udara………………………………………………………………………………………………………… 25
2. Polusi
Cahaya………………………………………………………………………………………………………. 26
3. Polusi
Air……….……………………………………………………………………………………………….……. 26
4. Polusi
Tanah………………………………………………………………………………………………………... 27
5. Polusi
Suara…………………………………………………………………………………………………………. 27
10. Limbah…………………………………………………………………………………………………………………………..….
28
1. Limbah
Cair………………………………………………………………………………………………………..… 28
2. Limbah
padat………………………………………………………………………………………………………. 28
3. Limbah
gas………………………………………………………………………………………………………….. 29
4. Limbah
B3……….………………………………………………………………………………………………….. 29
11. Pertambangan………………………………………………………………………………………………………………….
31
1. Drainase
tambang asam……………………………………………………………………………………… 31
2. Tambang
terbuka……………………………………………………………………………………………….. 31
12. Racun……………………………..……………………………………………………………………………………………….
32
13. Konsumerisme………………………..…………………………………………………………………………………..….
34
14. Penghilangan
sumber daya alam…………………………………………………………………………………..… 34
15. Penggunaan
Lahan.............................................................................................................. 35
1. Urbanisasi……………………………………………………………………………………………………………
35
2. Fragmentasi
habitat……………………………………………………………………………………………. 35
3. Penghancuran
habitat………………………………………………………………………………………… 35
16. Energi……………………………………………………………………………………………………………………………...
35
1. Masalah
nuklir……………………………………………………………………………………………………. 36
17. Penebangan
hutan………………………………………………………………………………………………………….. 36
18. Penangkapan
ikan……………………………………………………………………………………………………………. 36
Kesimpulan…………………………………………………………………………………………………………………………..…
37
Solusi masalah
lingkungan…………………………………………………………………………………..................... 39
Daftar
pustaka………………………………………………………………………………………………………………………… 42
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar
belakang
Berbagai macam masalah lingkungan
bermunculan karena berbagai faktor. Dan faktor yang paling utama dalam masalah
lingkungan adalah kegiatan manusia yang mendominasi kerusakan lingkungan.
Masalah-masalah lingkungan yang
muncul kini semakin kompleks dan saling berkaitan. Masalah lingkungan merupakan
masalah global yang semakin penting untuk di selesaikan. Karena masalah
lingkungan menyangkut pada keselamatan, kesehatan, dan kehidupan kita manusia
juga ekosistem yang menyangkut keberlangsungan hidup hewan dan tumbuhan.
Untuk menyelesaikan masalah-masalah
yang ada, tentunya kita harus mengetahui apa saja masalah-masalah lingkungan
tersebut. Bagaimana dampaknya terhadap lingkungan, manusia, hewan, dan
tumbuhan, bagaimana proses terjadi hingga terjadi kerusakan dan masalah, dan
bagaimana langkah penyelesaian masalah-masalah lingkungan itu sendiri.
1.2
Tujuan
-
Mengetahui apa saja masalah yang ada di
lingkungan sekitar kita
-
Mengetahui apa saja masalah lingkungan yang
sedang terjadi dan menjadi masalah lingkungan global
-
Mengetahui bagaimana masalah tersebut dapat
terjadi
-
Mengetahui dampak yang di timbulkan bagi
masalah-masalah lingkungan
-
Mencari jalan keluar/solusi yang dapat
mengurangi dampak dan efek dari masalah lingkungan
1.3
Rumusan masalah
-
Apa saja masalah-masalah lingkungan yang berada
dekat dengan kita ?
-
Apa saja masalah-masalah lingkungan yang sedang
menjadi masalah global?
-
Apa pengertian atau maksud dari masalah-masalah
yang ada?
-
Apa dampak yang di timbulkan dari masalah-masalah
yang ada?
-
Apa penyebab dari masalah-masalah yang ada ?
-
Apa solusi untuk menyelesaikan masalah-masalah
yang ada?
Berikut adalah beberapa gambar lingkungan sekitar hasil dari
observasi kami.
Lokasi : Bantaran kali Ciliwung, Condet, Jakarta Timur
Terjadi pencermaran pada tanah akibat sampah juga limbah. Terjadi pula
erosi yang membuat sebagian rumah seorang
warga yang tinggal di bantaran kali rusak.
Lokasi : Bantaran kali Ciliwung, Condet, Jakarta Timur
Dapat kita lihat terjadinya pencemaran air dan tanah akibat sampah dan
limbah rumah tangga. Hal ini berdampak pada binatang yang menggantungkan
hidupnya dengan mencari makan di sungai/tanah.
Lokasi : TPU Tanjung Barat, Jakarta Selatan
Terjadi pertambahan populasi manusia. Terjadi pula bertambahnya
kebutuhan akan lahan untuk di jadikan tempat tinggal,TPU, sarana pendidikan,
jalan dll.kian meningkat jumlah lahan subur yang berubah fungsi juga
meningkatnya pohon yang harus di tebang akibat kegiatan social ekonomi manusia.
Lokasi : Kebun binatang Ragunan, Jakarta Selatan
kehilangan habitat aslinya akibat
kerusakan hutan, maraknya perburuan liar, matinya ikan yang menjadi makanannya
mati dalam jumlah besar akibat pencemaran, dll adalah dampak dari perbuatan
manusia yang hanya ingin mengambil keuntungan dari alam. Dan masalah-masalah
pun timbul seperti masalah akan
konservasi, meningkatnya spesies langka, terjadi nya perburuan liar bahkan di
dalam taman nasional sekali pun, seperti yang erjadi di afrika selatan.
Beberapa foto hasil observasi kami
adalah contoh dari masalah-masalah yang ada di lingkungan sekitar kami. Dari
melihat masalah-masalah yang terlihat di sekitar kami, kami pun
mengembangkannya dan mencoba mencari masalah lain yang terjadi di lingkungan.
Masalah-masalah lingkungan muncul
karena banyak faktor terutama kegiatan sosial ekonomi manusia. Dan
masalah-masalah itu menimbulkan dampak yang sangat menghawatirkan, mulai dari
berdampak pada kehidupan manusia, hewan, tumubuhan juga peningkatan polusi dan
pencemaran akibat kemajuan teknologi. Masalah-masalah itu di antaranya adalah :
1. KONSERVASI
Penurunan jumlah pollinator (penyebar
biji-bijian seperti burung/serbuk sari seperti lebah), adanya spesies invasive), perburuan liar (di hutan
atau pun di dalam suaka margasatwa), meningkatnya spesies terancam punah, dan
pemutihan koral adalah masalah yang di hadapi dalam konservasi baik nabati
maupun hayati.
Gundulnya hutan merupakan suatu
dampak dari penebangan liar yang tak terkendali menyebabkan dampak yang merugikan bagi manusia, ekosistem,
dan lingkungan. Hewan-hewan pun banyak di buru, dibunuh, atau di perdagangkan
secara illegal. Ketika konservasi pun ingin di lakukan pun terdapat banyak
kendala dari alam seperti
-
Penurunan jumlah pollinator akibat perbuatan
manusia seperti matinya lebah-lebah sebagai dampak dari pestisida atau
penangkapan burung-burung untuk di perjual beli kan untuk di pelihara dalam sangkaryang
juga merupakan pollinator.
-
Adanya spesies invasive (spesies yang hidup
bukan merupakan spesies asli di suatu tempat namun mempengaruhi keberlangsungan
kehidupan spesies asli) sebagai akibat kerusakan habitat yang menyebabkan suau
spesies pindah ke tempat lain dan mengganggu kehidupan spesies asli di tempat
yang baru.
-
Perburuan liar terjadi bukan hanya di habitat
aslinya namun juga terjadi di dalam taman nasional seperti perburuan badak
bercula satu di Taman Nasional Kruger, provinsi Mpumalangan Afrika Selatan.
-
Perburuan liar dan perusakan habitat merupakan
factor utama dalam meningkatkan spesies terancam punah.
-
-
Melihat besarnya dampak dan luasnya area yang
dapat dipengaruhi, pemutihan terumbu karang saat ini diperkirakan merupakan
salah satu ancaman yang sangat penting untuk diperhatikan dalam pengelolaan
terumbu karang.
Pengelolaan terumbu karang
konvensional umumnya masih mengesampingkan aspek pemutihan karang. Hal ini berarti, besar kemungkinan
suatu tempat yang sama sekali tidak mempunyai kelentingan (resilience) terhadap
pemutihan karang dilindungi dengan ketat, sementara tempat yang sangat lenting
terhadap pemutihan karang justru tidak dilindungi.
2. pembuatan bendungan
Bendungan memiliki fungsi Untuk
memasok air minum, Menghasilkan tenga listrik, Meningkatkan pasokan air
irigasi, Memberikan kesempatan rekreasi dan meningkatkan aspek- aspek
lingkungan tertentu. Namun selain itu pembuatan bendungan berdampak negatif terhadap
lingkungan. Menurut Dr. Agus Maryono, ahli hidrologi dari UGM, merinci berbagai
dampak yang terjadi pada saat
pembangunan bendungan besar berimbas kepada:
o
Kerusakan hutan, lansekap dan tanah
o
o
Masalah sosial ekonomi masyarakat yang terkena
dampak akibat penggenangan bendungan besar ini
o
Perubahan kualitas air bendungan akibat
pembusukan hutan dan vegetasi yang tergenang
o
perubahan transportasi sedimen sepanjang alur
sungai
o
Perubahan karakteristik banjir yang menyebabkan
perubahan habitat flora dan fauna sungai
o
Interupsi alur sungai yang dapat menyebabkan
terjadinya kepunahan berbagai jenis ikan-ikan sungai yang bermigrasi
Masalah sosial pun akan muncul
seperti transmigrasi (penduduk harus pindah jika pemukiman mereka dibebaskan
untuk pembuatan bendungan), Meningkatnya Pengaguran Dan Kemiskinan (penduduk
harus mencari pekerjaan baru di tempat tinggal yang baru), Sarang Penyakit (air
di bendungan akan menjadi sarang penyakit, banyak di air yang mengalir tenang), Ancaman
Keselamatan dan Ancaman Banjir di Pemukiman Warga. Selain itu masalah
lingkunganakan bermunculan seperti bendungan menghambat aliran nutrient dan penurunan
kesuburan di bagian hilir.
3.
Pertanian intensif
Dalam ekonomi pertanian, pertanian
intensif adalah sistem pembudidayaan tanaman atau hewan yang menggunakan
masukan (seperti tenaga kerja dan modal) dalam ukuran besar, relatif terhadap
luas lahan. Hal ini dilakukan karena pertimbangan efisiensi lahan untuk meraih
keuntungan yang besar.
Akibat produksi daging
Menurut sebuah laporan terbaru
yang diterbitkan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), sektor
peternakan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang setara dengan 18 persen CO2,
jumlah ini lebih banyak dari gabungan seluruh transportasi di seluruh dunia.
Sektor ini juga menjadi sumber utama dari kerusakan tanah dan pencemaran air
bersih.
-
Sebanyak 33 persen dari lahan subur di seluruh
dunia yang digunakan untuk menghasilkan makanan ternak. Pada saat hutan dibabat
untuk membuat padang rumput baru, peternakan menjadi penyebab utama
penggundulan hutan, khususnya di Amerika Latin dimana sekitar 70 persen dari
hutan Amazon berubah menjadi gersang.
-
Peternakan menyebabkan degradasi tanah
besar-besaran. Sekitar 20 persen dari padang rumput kesuburannya menurun karena
terlalu banyak hewan ternak yang merumput, selain itu tanah tersebut semakin
padat serta terkikis. Angka ini bahkan lebih tinggi lagi di tanah kering dimana
kebijakan dan manajemen ternak mempercepat proses penggurunan tanah.
-
Industri peternakan adalah sektor utama yang
menyebabkan berkurangnya persediaan air bersih di Bumi, juga penyumbang
pencemaran air, euthropication, dan kerusakan terumbu karang. Zat pencemar
utama dari peternakan adalah antibiotik, hormon, bahan kimia dari pengulitan
hewan, pupuk, dan pestisida yang disemprot ke tanaman untuk menghasilkan pakan
ternak. Padang rumput yang membentang luas mengganggu siklus air serta
mengurangi peresapan air tanah. Sedangkan sejumlah sumber air yang penting
disedot untuk irigasi untuk memproduksi makanan ternak.
-
Kehadiran ternak yang menempati area tanah yang
luas serta permintaan terhadap hasil pangan yang besar juga menyumbang
kehilangan keanekaragaman hayati. Sebanyak 15 dari 24 ekosistem penting dinilai
sudah tidak layak lagi, dan hewan ternak dikenal sebagai pengrusak ekosistem
itu.
Jika emisi dari penggunaan tanah
serta perubahan fungsi tanah dimasukkan maka sektor peternakan menyumbang 9
persen CO2 dari aktivitas yang berhubungan dengan manusia, tetapi menghasilkan
lebih banyak gas rumah kaca berbahaya yang jauh lebih besar. Sektor peternakan
menghasilkan 65 persen dinitrogen oksida (N2O) yang mempunyai Potensi Pemanasan
Global (GWP) 296 kali lebih kuat dari CO2 yang sebagian besar berasal dari
kotoran ternak.
Sektor itu juga menghasilkan 37
persen dari semua metana yang dihasilkan oleh manusia, metana mempunyai efek
pemanasan 23 kali lebih kuat dari CO2, yang sebagian besar dihasilkan oleh
sistem pencernaan hewan pemamah biak. Selain itu peternakan juga menghasilkan
64 persen amonia yang secara signifikan menghasilkan hujan asam.
o
1. 1.
Pencucian
tanah
Kesuburan tanah akan semakin
berkurang jika terjadi pencucian unsur hara yang terjadi di sawah. Hal ini di
sebabkan karena ketika petani mengolah tanah dengan membajak sawah yang diairi
secara belebihan, air itu akan mengalir ke got lalu ke sungai. Unsur hara itu hanyut
bersama air yang di buang.
1.
Adanya
larutan nitrit dan penyuburan air
Larutan nitrit dapat meresap ke
dalam sumur penduduk yang berdekatan dengan pertanian. Air sumur yang mengandung nitrit dapat
menyebabkan munculnya penyakit bayi biru (baby blue), yakni tubuh bayi
kebiru-biruan akibat kekurangan oksigen. Dan bayi yang kekurangan oksigen akan
mngalami gangguan pertumbuhan otak. Larutan nitrit terjadi karena unsur
nitrogen yang terdapat pada pupuk buatan. Selain itu, pupuk buatan dapat
membuat tanah menjadi asam (ph tanah menurun/ <7) dan tanah yang asam akan
membuat produktivitas tanah merosot.
Pemupukan yang berlebihan dan
kemudian larut ke dalam air juga dapat meningkatkan kesuburan sungai
(eutrofikasi). Alga dan tumbuhan sungai yang tumbuh dengan subur sepeti eceng
gondok akan menyebabkan hewan air kekurangan oksigen hingga mengalami kematian.
Selain itu, peningkatan kesuburan air dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan
pada waduk dan sungai.
Pestisida selain bermanfaat untuk
meningkatkan hasil pertanian dapat juga menjadi bahan yang ampuh dalam melawan
berbagai vektor penular penyakit yang mampu menularkan ke jutaan anak-anak
setiap tahunnya. Mereka digunakan di berbagai negara berkembang untuk mencegah
persebaran penyakit malaria, leishmania, DBD, dan ensefalitis.
Namun banyak dampak buruk yang di
timbulkan bagi manusia dan lingkungan.Dalam penerapannya, tidak semua pestisida
sampai ke sasaran. Kurang dari 20% pestisida sampai ke tumbuhan. Selebihnya
lepas begitu saja. Menurut data WHO yang dipublikasikan pada tahun 1990, dampak
dan resiko penggunaan pestisida kimia selama ini 25 juta kasus dan meningkat
pada tiap tahunnya. Lebih dari 98% insektisida dan 95% herbisida menjangkau
tempat selain yang seharusnya menjadi target, termasuk spesies non-target,
perairan, udara, makanan, dan sedimen. Pestisida dapat menjangkau dan
mengkontaminasi lahan dan perairan ketika disemprot secara aerial, dibiarkan
mengalir dari permukaan ladang, atau dibiarkan menguap dari lokasi produksi dan
penyimpanan. Penggunaan pestisida berlebih justru akan menjadikan hama dan
gulma resistan terhadap pestisida.
Gejala yang mungkin terjadi pada
paparan pestisida jangka panjang yaitu peningkatan risiko kanker, kerusakan
organ tubuh dan syaraf (misal penyakit
Parkinson), intrusi ke sistem hormone, dan gangguan pada perkembangan dan
reproduksi. Sementara dampak kesehatan dari pestisida yang terjadi dalam waktu
singkat setelah terjadinya paparan dapat menimbulkan gejala iritasi mata
(pengeluaran air mata terus menerus),
luka tertentu pada kulit (memar, pembengkakan, luka bakar, berkeringat,
dan sebagainya), sakit kepala, depresi, kejang otot, kurang koordinasi antara
otak dan otot, hingga kehilangan kesadaran jika paparan menyentuh sistem
syaraf, mual, muntah, diare, nyeri perut jika pestisida tertelan ke saluran
pencernaan.
Pestisida menghalangi proses
pengikatan nitrogen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Insektisida DDT,
metil paration, dan pentaklorofenol diketahui mengganggu hubungan kimiawi
antara tanaman legum dan bakteri rhizobium. Dengan berkurangnya hubungan
simbiotik antara keduanya menyebabkan pengikatan nitrogen menjadi terganggu
sehingga mengurangi hasil tanaman pertanian.
Akumulasi dari pestisida dapat
mencemari lahan pertanian dan apabila masuk dalam rantai makanan, dapat
menimbulkan macam-macam penyakit, misalnya kanker, mutasi, bayi lahir cacat,
dan CAIDS. Pestisida yang paling merusak adalah pestisida sintesis, yaitu
golongan organoklorin. Tingkat kerusakan yang dihasilkan lebih tinggi ketimbang
senyawa lain, mengingat jenis ini peka akan sinar matahari dan tidak mudah
terurai. Penggunaan insektisida sintetik juga dapat mengakibatkan terjadinya
pencemaran lingkungan. Hal ini dikarenakan insektisida tertentu dapat tersimpan
di dalam tanah selama bertahun-tahun, dapat merusak komposisi mikroba tanah,
serta mengganggu ekosistem perairan.
Di Indonesia, kasus pencemaran
karena pestisida telah menimbulkan kerugian. Di Lembang dan Pangalengan, tanah
disekitar pertanian kebun wortel, tomat, kubis dan buncis tercemar oleh
organoklorin. Sungai Cimanuk juga tercemar akibat hasil-hasil pertanian yang
tercemar pestisida. Ikan dan biota akuatik lainnya dapat mengalami efek buruk
dari perairan yang terkontaminasi pestisida. Aliran permukaan yang membawa
pestisida hingga sungai membawa dampak yang mematikan bagi kehidupan di
perairan, dan dapat membunuh ikan dalam jumlah besar. Selain itu, pestisida
dapat menyebabkan penurunan jumlah populasi lebah yang penting dalam proses penyerbukan
, menurunnya populasi katak, burung dan cacing yang berada dalam rantai
makanan.
1.
Tingkat kestabilan ekosistem rendah
\\\\\ L
Intensifikasi pertanian cenderung
dilakukan dengan pertanian monokultur
(pertanian dengan menanam tanaman sejenis) dengan tujuan meningkatkan
hasil pertanian.
Penanaman monokultur menyebabkan
terbentuknya lingkungan pertanian yang tidak mantap karena memiliki
keanekaragaman rendah. Lingkungan pertanian yang tidak mantap, tidak tahan terhadap
gangguan dari luar. Tanah harus di olah, dipupuk, dan di semprot dengan
pestisida. Jika tidak, tanah luas dan akan menyebabkan petani gagal panen.
4. Rekayasa Genetik
Rekayasa genetika membawa
keuntungan dalam pengobatan, kasus kehamilan, farmasi dan berbagai bidang seperti pertanian dan
peternakan. Namun rekayasa genetika juga
menimbulkan banyak dampak negatif seperti alergi dan hilangnya plasma nutfah
juga di berbagai bidang. Berikut adalah dampak negatif terhadap bidang
kesehatan, lingkungan, etika dan moral.
1. Dampak terhadap bidang kesehatan
Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa makanan,minuman,ataupun produk
rekayasa genetika yang lainnya dapat menimbulkan dampak yang kurang baik.
Contohnya,seperti matinya 31 orang pengguna insulin hasil rekayasa di Inggris.
Susu dari sapi yang disuntik dengan BHG,di duga mengandung materi kimia yang mempunyai
potensi berbahaya bagi kesehatan manusia.
Dampak-dampak yang dikhawatirkan
akibat tanaman transgenik tehadap manusia adalah keracunan, alergi, bakteri
dalam tubuh manusia menjadi tahan terhadap antibiotik, terjadi perbedaan
nutrisi dan komposisi.
2. Dampak terhadap bidang lingkungan
Terlepasnya organisme transgenik di alam bebas tanpa pengawasan dapat
menghasilkan pencemaran biologis. Pencemaran biologis tersebut,kemungkinan
menghasilkan varietas baru atau spesies baru yang dapat mengganggu keseimbangan
biologis yang sudah ada di alam. Karena organisme produk rekayasa genetika atau
lebih dikenal dengan nama GMOs (genetically modified organisms), perubahan
genotifnya bukan merupakan rancangan alam yang sesuai dengan kebutuhan dinamika
populasi, tetapi lebih menjurus kepada keinginan manusia saja.
Menimbulkan penyakit (baik pada
manusia, hewan, maupun tumbuhan), Mengganggu ekosistem (seperti menurunkan
jumlah populasi yang ada di alam), perubahan dalam siklus alam dan interaksi
sesama mereka, Terjadinya transfer sifat genetis baru ke spesies lain,
Penurunan terhadap keragaman genetis, Kemungkinan timbulnya biotipe baru pada
serangga dan hama adalah dampak negatif yang dikhawatirkan.
3. Dampak terhadap bidang etika dan moral
Menyisipkan
DNA atau gen organisme lain yang tidak
berkerabat, dianggap sebagai pelanggaran terhadap hukum alam dan masih sulit di
terima oleh masyarakat. Mayoritas orang Amerika berpendapat bahwa pemindahan
gen dari satu organisme ke organisme lain adalah tidak etis. Sembilan puluh
persen orang Amerika menentang pemindahan gen manusia ke hewan dan 75 % menentang pemindahan gen dari satu
spesies ke spesies lainnya. Beberapa tanaman transgenik yang tidak berlabel
juga akan menimbulkan konsekuensi tertentu bagi manusia.
5. Perubahan Iklim
Perubahan iklim global merupakan
malapetaka yang akan dating. Perubahan iklim terjadi karna disebabkan berbagai
faktor yang di sebabkan oleh jangka panjang dari kegiatan sosial ekonomi
manusia, kerusakan alam dan meningkatnya polusi (baik tanah, air, udara dll).
Pemanasan global, asap global, bahan bakar
fosil, gas rumah kaca, menipisnya ozon, peningkatan keasaman laut dan
kenaikan permukaan laut adalah masalah global yang kini sedang di hadapi dunia.
Akhir-akhir ini, bumi mengalami pemanasan yang sangat cepat. Hasil kajian IPCC
( 2007) menunjukkan bahwa 11 dari 12 tahun terpanas sejak tahun 1850 terjadi
dalam waktu kurun 12 tahun terakhir. Kenaikan temperature total dari tahun 1850
– 1899 sampai dengan tahun 2001 – 2005 adalah 0,76 0 C.
Kita sangat mengkhawatirkan bahaya
akan bahaya dan dampak kenaikan air laut akibat es di kutub utara mencair
dan panas bumi yang semakin meningkat.
Namun di samping itu ada bahaya lain yang harus di perhatikan seperti
peningkatan keasaman air laut dan pemutihan koral.
Penurunan kadar pH ini disebabkan
karena penyerapan gas CO2 oleh air laut yang berlebihan. Gas CO2 yang terlarut
didalam air laut menguraikan partikel air laut dan menambah partikel H didalam
air yang menyebabkan meningkatnya kadar keasaman air laut. CO2 ini berasal dari
pembakaran bahan bakar fosil. Akan tetapi, bila kita hanya menganggap enteng
masalah kadar keasaman laut ini, maka kita perlu melihat dampak yang bisa
ditimbulkannya pada bumi.
Dampak Pada Makhluk Hidup
Lima puluh lima juta tahun yang
lalu pada masa Paleocene sampai Eocene, terjadi juga peristiwa peningkatan
kadar keasaman air laut yang melebih batas normal yang ditentukan. Hasilnya,
tidak terjadi perubahan signifikan pada permukaan air laut. Akan tetapi,
dibawah permukaan air laut, terjadi proses kepunahan secara besar-besaran.
Hampir semua jenis makhluk laut yang hidup pada masa itu, terancam punah.
Dampak nyatanya pada kehidupan makhluk laut ada banyak. Contohnya adalah pada
ikan badut atau clownfish yang kita kenal dari film Finding Nemo. Makhluk ini
tidak dapat mengenali predator mereka karena tingkat keasamanan yang berbeda
diair laut menyebabkan air laut mempunyai gerakan dan arus yang berbeda dari
biasanya. Banyak juga makhluk hidup yang hidup dilaut menderita suatu kelainan
yang disebut hypercapnia, yaitu meningkatnya kadar keasaman didalam darah
mereka. Hal ini menyebabkan banyak ikan menjadi beracun dan tidak layak
konsumsi. Dan, hilanglah salah satu komoditas ekspor unggulan banyak negara di
dunia. Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa peningkatan kadar CO2 didalam
air laut juga berpengaruh pada kehidupan batu koral. Koral dan tumbuhan dan
hewan yang hidup dibatu karang cenderung tidak mampu bertahan. Bila batu karang
hilang maka tembok alami yang menghambat ombak juga akan hilang. Hal ini akan
memperbesar efek dari erosi yang disebabkan oleh air laut dan ombak pada pantai
dan daratan yang artinya, kehidupan manusia juga terancam.
6. Populasi Berlebihan
Meningkatnya lahan yang digunakan untuk TPU, semakin lama populasi manusia semakin meningkat
7. Degradasi Lahan
Barrow (1991) mendefinisikan
degradasi lahan sebagai hilangnya atau berkurangnya kegunaan atau potensi
kegunaan lahan untuk mendukung kehidupan. Kehilangan atau perubahan kenampakkan
tersebut menyebabkan fungsinya tidak dapat diganti oleh yang lain. Degradasi
lahan akan berdampak baik bagi manusia dan mahluk hidup lainnya. Degradasi
lahan akan mengakibatkan penurunan produktivitas, migrasi, ketidakamanan
pangan, bahaya bagi sumberdaya dan ekosistem dasar, serta kehilangan
biodiversitas melalui perubahan habitat baik pada tingkat spesies maupun
genetika. Selain itu degradasi lahan akan berdampak pada kehidupan sosial
ekonomi masyarakat yang bergantung pada lahan sebagai sumber penghidupannya
berupa meningkatnya angka kemiskinan. Degradasi lahan di sebabkan oleh
desertifikasi dan polusi tanah
Desertifikasi
|
Polusi tanah
Polusi tanah adalah kerusakan lapisan
tipis bumi yang bermanfaat (tanah produktif untuk menumbuhkan tanaman sebagai
sumber bahan makanan). Polusi tanah juga dapat dipahami sebagai keadaan dimana
bahan pencemar (polutan), masuk dan mengubah lingkungan tanah alami.
Polusi ini biasanya terjadi karena:
kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial;
penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan
sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah;
air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung
dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Ketika suatu zat
berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap,
tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Polusi yang masuk ke dalam
tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di
tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau
dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
Polusi Tanah mempunyai hubungan
erat dengan Polusi udara maupun dengan Polusi air. Bahan pencemar (polutan)
yang terdapat di udara dapat larut dan terbawa oleh air hujan. Air hujan
tersebut kemudian akan jatuh ke tanah
sehingga menimbulkan Polusi tanah.
Demikian
pula polutan dalam air permukaan tanah
(air sungai, air selokan, air danau dan air payau) dapat masuk ke dalam
tanah dan dapat menyebabkan Polusi Tanah. Dengan demikian maka Lingkungan Hidup
yang paling banyak dan mudah tercemar adalah Tanah.
Penyebab Terjadinya
Polusi Tanah adalah Limbah Padat (Sampah), Logam Berat, Pestisida, Nitrogen,
Fosfat dan Garam Mineral, Zat Radioaktif, Gas pencemar udara (gas yang larut
dalam air hujan seperti Tanah
8. Masalah Tanah
Masalah pada tanah meliput masalah
konservasi tanah, erosi tanah dan salinitas tanah.
Apakah penyebab & dampak erosi tanah?
Erosi tanah adalah proses
pelepasan atau pelapukan partikel-partikel tanah oleh berbagai penyebab.
-
Kecepatan aliran sungai yang tinggi merupakan
salah satu penyebab utama erosi di lembah sungai dan daerah pesisir.
-
Tanah yang dilalui aliran sungai atau termasuk
area banjir sungai menjadi terkikis. Sedimen ini kemudian ikut terbawa aliran
sungai hingga ke hilir.
-
Angin merupakan agen penyebab erosi di padang
pasir dan lahan kering. Angin memiliki kemampuan mengikis batu, tanah, dan
memindahkannya ke zona yang berbeda.
-
Erosi tanah juga dapat disebabkan oleh gletser
dan es. Partikel tanah bisa terkikis bersama dengan pergerakan gletser. Jenis
erosi ini biasanya terjadi di wilayah yang tertutup es atau di dataran tinggi.
-
Dan Lagi-lagi manusia juga menyebabkan hal ini.
Pohon-pohon yang berfugsi mencengram tanah dan menyerap air hujan dengan
akar-akarnya di ebang. Hingga air hujan dengan mudah menggemburkan tanah dan
membawanya ke tempat yang lebih rendah. Selaiin itu Erosi menyebabkan tanah
menjadi tandus sehingga tidak dapat ditanami. Proses erosi berpotensi
dipercepat oleh campur tangan manusia.
Kontaminasi tanah
Penyebab dari kontaminasi tanah
telah di sebutkan pada polusi tanah.
Efek pada Kesehatan Manusia
Tanah yang terkontaminasi atau
tercemar secara langsung mempengaruhi kesehatan manusia melalui kontak langsung
dengan tanah atau melalui inhalasi kontaminan tanah yang telah menguap, ancaman
yang berpotensi lebih besar ditimbulkan oleh infiltrasi kontaminan tanah ke
akuifer air tanah yang digunakan untuk konsumsi manusia. Konsekuensi kesehatan
dari paparan kontaminasi tanah sangat bervariasi tergantung pada jenis polutan,
jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Paparan kronis
kromium, timbal dan logam lainnya serta minyak bumi, pelarut, pestisida dan
formulasi herbisida dapat bersifat karsinogenik, dapat menyebabkan kelainan
bawaan, atau dapat menyebabkan ganggguan kesehatan kronis lainnya.
Paparan kronis benzena pada
konsentrasi yang cukup tinggi dapat menyebabkan leukemia. Mercury dan
cyclodienes diketahui meningkatkan kerusakan ginjal, beberapa ireversibel, PCB
dan cyclodienes dapat menyebabkan keracunan hati.
Efek pada Ekosistem dan pertanian
Kontaminasi tanah sangat menggangu
rantai makanan. Jika tanah tempat produsen tingkat 1 tumbuh mengalami
kontaminasi dan pertumbuhannya terganggu maka konsumen/tingkat trofik 1 dan
yang lain akan mengalami gangguan/penurunan populasi dan rantai makanan akan
mengalami kekacauan.
Kontaminasi tanah juga berdampak
pada pertanian, hal tersebut akan menurunkan hasil panen.
Salinitas tanah
Salinitas tanah adalah kandungan
garam garam yang berada di tanah. Proses peningkatan kadar garam disebut dengan
salinisasi.
Akumulasi garam berlebih, terutama
pada bagian permukaannya, disebabkan oleh perpindahan garam melalui proses
kapilaritas dari bagian di dalam tanah yang mengandung air dengan garam
terlarut, ke permukaan. Proses evaporasi menarik air dari dalam tanah ke
permukaan, dan air yang menguap meninggalkan garam di permukaan tanah. Garam
yang terkonsentrasi juga bisa berasal dari pupuk kimia.
Salinisasi adalah proses yang diakibatkan oleh:
Tingginya kadar garam pada perairan, fitur
lanskap yang menyebabkan garam berpindah melalui pergerakan air tanah, faktor
iklim yang menyebabkan akumulasi garam, aktivitas manusia seperti tebang habis,
irigasi, akuakultur, dan penggaraman untuk melelehkan salju dan es.
Tingginya kadar garam menyebabkan
degradasi tanah dan vegetasi tidak dapat tumbuh di atasnya.
Konsekuensi tingginya kadar garam pada tanah yaitu:
Efek yang merusak bagi pertumbuhan
tanaman hingga menyebabkan kematian tanaman, kerusakan infrastruktur yang
berada di atas (jalan, bangunan) dan bawah tanah (korosi perpipaan, penurunan
kualitas air tanah dan permukaan.
9. Polusi
Polusi adalah terjadinya
pencemaran lingkungan yang mengakibatkan menurunya kualitas lingkungan
dan terganggunnya kesehatan serta ketenangan hidup makhluk hidup termasuk
manusia.
Terjadinya polusi atau pencemaran
lingkungan ini umumnya terjadi akibat kemajuan teknologi dalam usaha
meningkatkan kesejahteraan hidup. Misalnya pencemaran air, udara, dan tanah
akan menyebabkan merosotnya kualitas air, udara dan tanah. Sebagai akibat akan
terjadi banyak hal-hal yang merugikan dan mengancam kelestarian lingkungan .
Berikut ini adalah macam-macam dari polusi, yaitu:
Polusi Udara
Polusi udara atau adalah polusi yang terjadi di udara yang disebabkan adanya polutan yang berupa
gas maupun zat partikel. Contoh polutan di udara: CO, CO2, HzS, COz, SOZ, NO2, pembakaran
batu bara (menghasilkan sulfur dioksida), radiasi nuklir, bahan bakar kendaraan
dan lain-lain.
DAMPAK NEGATIF
TERHADAP LINGKUNGAN
Hujan Asam
Hujan asam adalah hujan dengan pH
air kurang dari 5,7 sedangkan pH normal air 7. Hujan asam biasanya terjadi
karena adanya peningkatan kadar asam nitrat dan sulfat dalam polusi udara. Hal
ini biasanya terjadi karena peningkatan emisi sulfur dioksida (SO2) dan
nitrogen oksida (NOx) di atmosfer.
DAMPAK HUJAN ASAM:
Menyebabkan korosi (perkaratan) dan merusak bangunan.
Tumbuhan menjadi layu, kering dan mati.
Merusak ekosistem perairan.
Penipisan Lapisan
Ozon
Penipisan lapisan ozon akan
menyebabkan lebih banyak sinar radiasi ultra violet memasuki bumi. Radiasi
ultra violet ini dapat membuat efek pada kesehatan manusia, memusnahkan
kehidupan laut, ekosistem, mengurangi hasil pertanian dan hutan.
Pemanasan Global
Sebelumnya telah di bahas di perubahan iklim
Polusi cahaya
Polusi cahaya adalah salah satu
jenis polusi. Definisi dari polusi cahaya adalah "dampak buruk akibat
cahaya buatan manusia". Polusi cahaya biasanya berarti intensitas cahayanya
terlalu besar. Beberapa spesies, termasuk tumbuhan dan manusia, mengalami
dampak dari polusi cahaya. Polusi cahaya adalah efek samping dari
industrialisasi. Polusi cahaya berasal dari pencahayaan eksterior dan interior
bangunan, papan iklan, properti komersial, kantor, pabrik, lampu jalan dan
stadion.
DAMPAK NEGATIF BAGI LINGKUNGAN:
Istilah polusi cahaya merujuk pada
suatu keadaan cahaya berlebih, baik darisumber-sumber alamiah maupun dari
sumber-sumber buatan, yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan. Pencahayaan yang
tidak tepat umumnya menyebabkan terhamburnya cahaya ke atas (ke arah langit)
secara percuma, sehingga cahaya terbuang secara sia-sia. Karena itu, terjadinya
polusi cahaya biasanya merupakan indikator dari pemborosan energi.
Polusi Air
Polusi air adalah polusi yang terjadi didalam air, contoh
polutan nya: limbah industri, insektisida, Pb, Hg, Zn, CO, dan lain-lain.
DAMPAK NEGATIF BAGI LINGKUNGAN:
Dengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang ke
lingkungan perairan, maka perairan tersebut semakin tercemar yang biasanya
ditandai dengan bau yang menyengat disamping tumpukan yang dapat mengurangi
estetika lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi
estetika lingkungan.
Polusi Tanah
Polusi tanah adalah polusi yang terjadi didalam tanah,
contoh polutan nya adalah: Sampah
plastik, botol, kaleng, karet, detergen yang dibuang di tanah, insektisida yang
dibuang di tanah, dan lain-lain.
DAMPAK NEGATIF BAGI LINGKUNGAN:
Polusi tanah juga dapat memberikan dampak terhadap
lingkungan. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan
kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini
dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan
antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat
memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi
akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan
tersebut.
Polusi Suara
Polusi suara biasanya disebabkan
oleh suara bising dari mesin kendaraan.suara deru mesin pabrik, speaker, dan
semua suara yang mengganggu pendengaran (pada umumnya suara keras).
DAMPAK NEGATIF BAGI LINGKUNGAN:
Pencemaran suara adalah bunyi atau
suara yang di keluarkan oleh suatu benda dan di keluarkan dengan suara yang
sangat keras sehingga dapat menggangu lingkungan dan makhluk hidup yang tinggal
di lingkungan tersebut.Tingkat kebisingan yang tinggi ini yang dapat mengganggu
lingkungan sehingga menjadi pencemaran suara. Sejauh ini pencemaran suara di
dunia paling banyak di sebabkan oleh kebisingan dari suara pesawat udara.
Tetapi selain itu pencemaran suara juga dapat di akibatkan dari suara kendaraan
bermotor, suara pabrik, suara petir, dan suara kereta api.
10. Limbah
Limbah adalah buangan yang
dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah
tangga). Di mana masyarakat bermukim, di sanalah berbagai jenis limbah akan
dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan dari
berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Limbah padat lebih dikenal sebagai
sampah, yang seringkali tidak dikehendaki kehadirannya karena tidak memiliki
nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan
kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas
tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama
bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.
Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan
karakteristik limbah.
Berdasarkan karakteristiknya
limbah industri dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
Limbah Cair
Biasanya dikenal sebagai entitas pencemar air. Komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik dan bahan buangan anorganik.
Limbah Padat/Sampah
Sampah merupakan material sisa yang
tidak diinginkan setelah berakhirnya suatu proses. Berikut adalah jenis-jenis
sampah berdasarkan sifatnya, yaitu:
Sampah organik - dapat
diurai (degradable)
Sampah Organik, yaitu sampah yang
mudah membusuk seperti sisa makanan, sayuran, daun-daun kering, dan sebagainya.
Sampah ini dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos.
Sampah anorganik -
tidak terurai (undegradable)
Sampah Anorganik, yaitu sampah yang
tidak mudah membusuk, seperti plastik wadah pembungkus makanan, kertas, plastik
mainan, botol dan gelas minuman, kaleng, kayu, dan sebagainya. Sampah ini dapat
dijadikan sampah komersil atau sampah yang laku dijual untuk dijadikan produk
laiannya. Beberapa sampah anorganik yang dapat dijual adalah plastik wadah
pembungkus makanan, botol dan gelas bekas minuman, kaleng, kaca, dan kertas,
baik kertas koran, HVS, maupun karton.
Limbah gas dan
partikel
Udara adalah media pencemar untuk
limbah gas. Limbah gas atau asap yang diproduksi pabrik keluar bersamaan dengan
udara. Secara alamiah udara mengandung unsur kimia seperti O2, N2, NO2,CO2, H2
dan Jain-lain. Penambahan gas ke dalam udara melampaui kandungan alami akibat
kegiatan manusia akan menurunkan kualitas udara.
Limbah B3
Secara umum yang disebut limbah
adalah bahan sisa yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan proses produksi, baik
pada skala rumah tangga, industri, pertambangan, dan sebagainya. Bentuk limbah
tersebut dapat berupa gas dan debu, cair atau padat. Di antara berbagai jenis
limbah ini ada yang bersifat beracun atau berbahaya dan dikenal sebagai limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3).
Suatu limbah digolongkan sebagai
limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan
konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung, dapat merusak atau
mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia.Yang termasuk
limbah B3 antara lain adalah bahan baku yang berbahaya dan beracun yang tidak
digunakan lagi karena rusak, sisa kemasan, tumpahan, sisa proses, dan oli bekas
kapal yang memerlukan penanganan dan pengolahan khusus. Bahan-bahan ini
termasuk limbah B3 bila memiliki salah satu atau lebih karakteristik berikut:
mudah meledak, mudah terbakar, bersifat reaktif, beracun, menyebabkan infeksi,
bersifat korosif, dan lain-lain, yang bila diuji dengan toksikologi dapat
diketahui termasuk limbah B3.
Macam-macam Limbah
Beracun
Limbah mudah meledak adalah limbah
yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi
yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.
Limbah mudah terbakar adalah limbah
yang bila berdekatan dengan api, percikan api, gesekan atau sumber nyala lain
akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah menyala akan terus terbakar
hebat dalam waktu lama.
Limbah reaktif adalah limbah yang
menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau menerima oksigen atau limbah
organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
Limbah beracun adalah limbah yang
mengandung racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Limbah B3 dapat
menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan,
kulit atau mulut.
Limbah penyebab infeksi adalah
limbah laboratorium yang terinfeksi penyakit atau limbah yang mengandung kuman
penyakit, seperti bagian tubuh manusia yang diamputasi dan cairan tubuh manusia
yang terkena infeksi.
Limbah yang bersifat korosif adalah
limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau mengkorosikan baja, yaitu
memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah yang bersifat asam dan lebih
besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
DAMPAK NEGATIF LIMBAH BAGI LINGKUNGAN
1. Dampak sampah terhadap ekosistem perairan
Sampah yang dibuang dari berbagai
sumber dapat dibedakan menjadi sampah organik dan anorganik. Pada satu sisi
sampah organik dapat menjadi makanan bagi ikan dan makhluk hidup lainnya,
tetapi pada sisi lain juga dapat sampah juga dapat mengurangi kadar oksigen
dalam lingkungan perairan. Sampah anorganik dapat mengurangi sinar matahari
yang masuk ke dalam lingkungan perairan. Akibatnya, proses esensial dalam
ekosistem seperti fotosintesis menjadi terganggu.
Sampah organik maupun anorganik
juga membuat air menjadi keruh. Kondisi ini akan mengurangi organisma yang
dapat hidup dalam kondisi tersebut. Akibatnya populasi hewan maupun tumbuhan
tertentu berkurang.
Cairan rembesan sampah yang masuk
ke dalam drainase atau sungai akan mencemari air. Berbagai organisma termasuk
ikan dapat mati sehingga beberapa spesies akan lenyap, hal ini mengakibatkan
berubahnya ekosistem perairan biologis. Penguraian sampah yang dibuang ke dalam
air akan menghasilkan asam organik dan gas-cair organik, seperti metana. Selain
berbau kurang sedap, gas ini dalam konsentrasi tinggi dapat meledak.
2. Dampak sampah terhadap ekosistem daratan
Sampah yang dibuang ke dalam
ekosistem darat dapat mengundang organisma tertentu untuk datang dan
berkembangbiak.Organisma yang biasanya memanfaatkan sampah, terutama sampah
organik, adalah tikus, lalat, kecoa dan lain-lain. Populasi hewan tersebut
dapat meningkat tajam karena musuh alami mereka tidak sudang sangat jarang.
11. Pertambangan
Pertambangan adalah rangkaian
kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan (penggalian), pengolahan,
pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas bumi, migas).
Menurut UU No.11 Tahun 1967, bahan
tambang di Indonesia tergolong menjadi 3 jenis, yakni:
Golongan A (yang disebut sebagai bahan strategis)
Bahan Golongan A merupakan barang
yang penting bagi pertahanan, keamanan dan strategis untuk menjamin
perekonomian negara dan sebagian besar hanya diizinkan untuk dimiliki oleh
pihak pemerintah, contohnya minyak, uranium dan plutonium.
Golongan B (bahan vital)
Bahan Golongan B dapat menjamin
hayat hidup orang banyak, contohnya emas, perak, besi dan tembaga.
Golongan C (bahan tidak strategis dan tidak vital)
Bahan Golongan C adalah bahan yang
tidak dianggap langsung mempengaruhi hayat hidup orang banyak, contohnya garam,
pasir, marmer, batu kapur dan asbes.
DRAINASE TAMBANG ASAM
Aliran air asam dari tambang batu
bara atau logam yang disebut sebagai drainase tambang asam. Fenomena air asam
tambang juga dikenal sebagai drainase batuan asam. Hal ini tidak perlu bahwa
lokasi pertambangan hanya menunjukkan fenomena ini. Transportasi koridor dan
situs konstruksi juga yang mana drainase asam terjadi. Di beberapa tempat,
drainase batu asam terjadi secara alami. Kimia pelapukan batuan adalah penyebab
dari masalah ini.
TAMBANG TERBUKA
Merupakan satu dari dua sistem
penambangan yang dikenal, yaitu Tambang terbuka dan Tambang Bawah Tanah. Dimana
segala kegiatan atau aktivitas penambangan dilakukan di atas atau relatif dekat
permukaan bumi dan tempat kerja berhubungan langsung dengan dunia luar.
Penambangan pada tambang terbuka
itu sendiri dilakukan dengan beberapa tahapan kerja : pengurusan surat-surat
ijin yang dibutuhkan untuk kegiatan penambangan, pembabatan (land clearing),
pengupasan lapisan tanah penutup (stripping of overburden), penambangan
(exploitation), pemuatan (loading), pengangkutan (hauling), dan pengolahan serta
pemasaran
DAMPAK NEGATIF PERTAMBANGAN BAGI LINGKUNGAN
Kegiatan penambangan apabila
dilakukan di kawasan hutan dapat merusak ekosistem hutan. Apabila tidak
dikelola dengan baik, penambangan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan secara
keseluruhan dalam bentuk pencemaran air, tanah dan udara.
Pencemaran lingkungan adalah suatu
keadaan yang terjadi karena perubahan kondisi tata lingkungan (tanah, udara dan
air) yang tidak menguntungkan (merusak dan merugikan kehidupan manusia, hewan
dan tumbuhan) yang disebabkan oleh kehadiran benda-benda asing (seperti sampah,
limbah industri, minyak, logam berbahaya, dsb). Sebagai akibat perbuatan
manusia, sehingga mengakibatkan lingkungan tersebut tidak berfungsi seperti
semula (Susilo, 2003).
Sebagai contoh, pada kegiatan usaha
pertambangan emas skala kecil, pengolahan biji dilakukan dengan proses
amalgamasi di mana merkuri (Hg) digunakan sebagai media untuk mengikat emas.
Mengingat sifat merkuri yang berbahaya, maka penyebaran logam ini perlu diawasi
agar penanggulangannya dapat dilakukan sedini mungkin secara terarah. Selain
itu, untuk menekan jumlah limbah merkuri, maka perlu dilakukan perbaikan sistem
pengolahan yang dapat menekan jumlah limbah yang dihasilkan akibat pengolahan
dan pemurnian emas.
Sedangkan pertambangan skala besar,
tailing yang dihasilkan lebih banyak lagi. Pelaku tambang selalu mengincar
bahan tambang yang tersimpan jauh di dalam tanah, karena jumlahnya lebih banyak
dan memiliki kualitas lebih baik. Untuk mencapai wilayah konsentrasi mineral di
dalam tanah, perusahaan tambang melakukan penggalian dimulai dengan mengupas
tanah bagian atas (top soil). Top Soil kemudian disimpan di suatu
tempat agar bisa digunakan lagi untuk penghijauan setelah penambangan. Tahapan
selanjutnya adalah menggali batuan yang mengandung mineral tertentu, untuk
selanjutnya dibawa ke processing plant dan diolah. Pada saat pemrosesan inilah
tailing dihasilkan. Sebagai limbah sisa batuan dalam tanah, tailing pasti
memiliki kandungan logam lain ketika dibuang.
Limbah tailing merupakan produk
samping, reagen sisa, serta hasil pengolahan pertambangan yang tidak
diperlukan. Tailing hasil penambangan emas biasanya mengandung mineral inert
(tidak aktif). Mineral tersebut antara lain: kwarsa, kalsit dan berbagai jenis
aluminosilikat. Tailing hasil penambangan emas mengandung salah satu atau lebih
bahan berbahaya beracun seperti Arsen (As), Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Merkuri
(Hg), Sianida (CN) dan lainnya. Sebagian logam-logam yang berada dalam tailing
adalah logam berat yang masuk dalam kategori limbah bahan berbahaya dan beracun
(B3).
12. Racun
Secara umum, racun merupakan zat
padat, cair, atau gas, yang dapat mengganggu proses kehidupan sel suatu
organisme. Zat racun dapat masuk ke
dalam tubuh melalui jalur oral (mulut) maupun topikal (permukaan tubuh). Dalam
hubungan dengan biologi, racun adalah zat yang menyebabkan luka, sakit, dan
kematian organisme, biasanya dengan reaksi kimia atau aktivitas lainnya dalam
skala molekul.
Dalam sebuah buku forensik medis
yang ditulis oleh JL Casper, racun diklasifikasikan menjadi 5 golongan, yaitu:
1. Racun iritan, yaitu racun yang menimbulkan iritasi dan
radang. Contohnya asam mineral, fungi beracun, dan preparasi arsenik.
2. Racun penyebab hiperemia, racun narkotik, yang terbukti
dapat berakibat fatal pada otak, paru-paru, dan jantung. Contohnya opium,
tembakau, konium, dogitalis, dll.
3. Racun yang melumpuhkan saraf, dengan meracuni darah,
organ pusat saraf dapat lumpuh dan menimbulkan akibat yang fatal seperti
kematian tiba-tiba. Contohnya asam hidrosianat, sianida seng, dan kloroform.
4. Racun yang menyebabkan marasmus, biasanya bersifat kronis
dan dapat berakibat fatal bagi kesehatan secara perlahan. Contohnya bismut
putih, asap timbal, merkuri, dan arsenik.
5. Racun yang menyebabkan infeksi (racun septik), dapat
berupa racun makanan yang pada keadaan tertentu menimbulkan sakit Pyaemia (atau
pyemia) dan tipus pada hewan ternak.
DAMPAK RACUN BAGI LINGKUNGAN
Untuk mengawetkan kayu di samping
dengan cara-cara tradisional yang tidak menggunakan racun seperti perendaman
dalam air dan pengeringan, sebagian besar dilakukan dengan cara memasukkan
bahan pengawet (preservatif) ke dalam kayu. Bahan pengawet yang dimasukkan
umumnya merupakan bahan-bahan beracun (toxic materials), agar jasad-jasad hidup
perusak kayu tidak menyerang. Dengan kata lain, sebagian besar dari bahan
pengawet ini adalah racun. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kayu yang
diawetkan dengan bahan preservatif yang beracun berpotensi untuk menjadi bahan
pencemar lingkungan hidup manusia dan lingkungan hidup umumnya. Untuk mencegah
akibat-akibat buruk yang dapat timbul terhadap manusia dan lingkungan oleh
penggunaan bahan pengawet dan penggunaan kayu yang telah diawetkan, masyarakat
perlu diberi pengertian mengenai masalah ini. Keracunan oleh bahan pengawet
dapat terjadi karena hal-hal berikut:
1.
Keracunan karena bahan pengawet yang tercecer disebabkan oleh kemasan dan penyimpanannya yang kurang baik.
2.
Keracunan karena pelakuan yang kurang hati-hati dalam proses pegawetan. Untuk
mencegahnya ikutilah petunjuk-petunjuk pemakaian, misalnya menjaga agar bahan
racun tidak mengenai kulit, dan bila bahan pengawet bersifat volatif (mudah
menguap) agar menghindar untuk tidak menghirupnya melalui hidung (pakai
masker).
3.
Keracunan yang timbul karena bersentuhan atau dalam lingkungan kayu yang telah
diawetkan. Walaupun kebanyakan kayu yang telah diawetkan dianggap tidak
membahayakan manusia dan lingkungannya, perlu diingat bahwa kayu yang diawetkan
mengandung racun di dalamnya.
4.
Pembuangan sisa-sisa bahan pengawet setelah proses pengawetan (waste disposal)
perlu dilakukan dengan saksama. Sisa-sisa bahan pengawet tidak boleh dibuang di
sungai, selokan dsb. Yang dapat mengakibatkan kematian biota air. Sebaiknya
diusahakan agar bahan-bahan buangan ini dirembeskan ke dalam tanah yang jauh
dari sumber air atau diusahakan agar diadakan perlakuan (treatment) tertentu
yang dapat mengubah atau menguraikan bahan-bahan tersebut menjadi tidak
beracun.
5.
Penggunaan wadah (kaleng, plastik dsb.) bekas kemasan dan alat dalam proses
pengawetan untuk keperluan lain sebaiknya dihindari, apalagi bila digunakan
untuk menaruh bahan makanan.
13. Konsumerisme
Konsumerisme adalah paham atau
ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok melakukan atau menjalankan
proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan
atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan. Hal tersebut menjadikan
manusia menjadi pecandu dari suatu produk, sehingga ketergantungan tersebut
tidak dapat atau susah untuk dihilangkan. Sifat konsumtif yang ditimbulkan akan
menjadikan penyakit jiwa yang tanpa sadar menjangkit manusia dalam
kehidupannya.
DAMPAK KONSUMERISME BAGI LINGKUNGAN
Terjadinya konsumerisme dapat
merugikan bagi lingkungan, salah satu contohnya adalah misalnya seseorang lebih
memilih membeli sebuah produk yang dikemas dalam plastik dalam jumlah yang
besar. Padahal terdapat juga produk dalam kemasan berbentuk botol.Bila
seseorang tetap memilih produk dalam kemasan plastik, tentunya sangat merugikan
bagi lingkungan. Karna seperti yang kita ketahui, butuh proses dan waktu yang
sangat lama sampah plastik dapat terurai dengan sempurna. Sampah plastik dapat
mencemari tanah, air, laut, bahkan udara.
14. Penghilang Sumber Daya Alam
Penghilangan
sumber daya alam menyebabkan eksploitasi
sumber daya alam yang berlebihan mengakibatkan sumberdaya alam akan habis dan
tidak mungkin suatu saat sumber daya alam tidak bisa di perbaharui, Ketersediaan Sumber daya Ikan Berkurang,
Merusak keseimbangan alam, Alam yang rusak dapat menjadi sumber masalah bagi
manusia. Contohnya penyedotan air tanah
secara berlebihan yang memicu gempa.
Masalah yang dialami
lingkungan
Kerusakan hutan, daerah aliran sungai
(watershed), kehilangan keragaman biologi ( biodiversity), erosi tanah/lahan
yang berlebihan, kerusakan lahan yang
dicirikan oleh meluasnya padang alang - alang, kelebihan tangkapan ikan
(over fishing ), pencemaran udara,kemacetan lalu lintas di kota-kota besar,
yang di antaranya dapat berdimensi lokal, regional maupun global.
15. Penggunaan Lahan
Penggunaan
lahan juga berhubungan dengan peningatan polulasi manusia. Semakin meningkatnya
populasi, semakin meningkat pula kebutuhan akan lahan. Penggunaan lahan telah
dikaji dari beberapa sudut pandang yang berlainan, sehingga tidak ada satu
defenisi yang benar-benar tepat di dalam keseluruhan konteks yang berbeda. Hal
ini mungkin, misalnya melihat penggunaan lahan dari sudut pandang kemampuan
lahan dengan jalan mengevaluasi lahan dalam hubungannya dengan bermacam-macam
karakteristik alami yang disebutkan diatas. Penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan
manusia pada bidang lahan tertentu, misalnya permukiman, perkotaan dan
persawahan. Penggunaan lahan juga merupakan pemanfaatan lahan dan lingkungan
alam untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam penyelenggaraan kehidupannya Penyebab dari penggunaan lahan Urbanisasi, Fragmentasi habitat, Penghancuran habitat
Urbanisasi : Perpindahan penduduk secara
berduyun-duyun dari desa (kota kecil, daerah) ke kota besar
Fragmentasi
habitat adalah proses dinamis yang menghasilkan
perubahan pola habitat pada lansekap berdasarkan waktu. Istilah fragmentasi
secara umum digunakan untuk menggambarkan perubahan blok luas vegetasi menjadi
blok yang lebih kecil akibat kegiatan penebangan atau aktivitas lainnya. Banyak
fauna lenyap diantaranya.
Penghancuran
habitat Hutan yang
menjadi habitat spesies terancam punah, harimau Sumatera, ini dihantam buldoser
untuk menyulap hutan Sumatera menjadi penghasi bahan baku kertas terbesar di
dunia.
16. Energy
Energi
adalah kemampuan melakukan kerja. Disebut demikian karena setiap kerja yang
dilakukan sekecil apapun dan seringan apapun tetap membutuhkan energi. penyebab Konservasi energi , Energi terbarukan , Penggunaan energi
yang efisien , komersialisasi energy
terbarukan.
MASALAH NUKLIR
Nuklir merupakan
teknologi terkini yang bermanfaat bagi berbagai sektor kehidupan manusia.
Dampak yang bisa timbul dari penggunaan energi nuklir memang berbahaya akan
tetapi masih bisa diminimalisir atau bahkan dihilangkan. Hal ini bisa dilakukan
dengan selalu mengutamakan keselamatan dan keamanan saat mengoperasikannya.
Hendaknya pengoperasian
teknologi nuklir ini dilakukan oleh pihak-pihak yang sudah ahli dan pengawasan
oleh pihak yang berwenang dan juga menggunakan prosedur yang telah ada.Tidak
dilakukan secara individual. Ini karena radiasi yang terpancar oleh teknologi
ini bisa menyebar ke daerah sekitarnya sehingga tidak hanya melibatkan individu
tapi juga masyarakat.
Jika terjadi kebocoran radiasi pada
teknologi nuklir, masyarakat harus segera diungsikan untuk menghindari paparan
radiasinya. Selain itu juga harus menghindari benda-benda, makanan atau air
yang telah tercemar radiasi. Menggunakan APD ( alat pelindung diri) saat
melakukan aktifitas di luar rumah menyebabkan Keruntuhan nuklir, Pelelehan nuklir , Energi nuklir, Sampah radioaktif.
17. Penebangan Hutan
Penebangan hutan merupakan usaha menebang atau memotong kayu yang ada di
dalam kawasan hutan, baik yang dilakukan oleh orang perorang maupun oleh badan
usaha. Penebangan hutan ini bisa dibenarkan apabila pelaku pebangan hutan
mempunyai ijin menebang pohon di hutan. Hutan
merupakan kumpulan pohon-pohon dan hewan yang berada dalam suatu kawasan
yang saling berinteraksi, mereka hidup di atas tanah yang hidup dalam
keseimbangan menyebabkan Penebangan habis , Deforestasi, Penebangan hutan
ilegal.
18. Penangkapan Ikan
Sekelompok masyarakat yang ingin mencari suatu
penghasilan dengan menggunakan alat di
perairan seperti laut atau sungai untuk mendapatkan hewan laut atau ikan yang dapat dikonsumsi, pengambilan
hewan laut yang berlebihan dapat menyebabkan Peledakkan, Pukat dasar
laut, Penangkapan ikan
dengan
sianida, Jaring hantu , Penangkapan ikan
ilegal ,
tidak
dilaporkan ,
dan
tidak
diatur , Penangkapan ikan berlebihan , Sirip hiu, Penangkapan ikan paus.
KESIMPULAN
Banyak masalah-masalah lingkungan yang terjadi dan
menjadi masalah global. Sedikit yang kita lakukan yang mungkin terlihat tidak
berdampak serius namun ternyata meningkatkan penurunan kualitas lingkungan dan
kesehatan. Misalnya paham konsumerisme bagi orang-orang yang tinggal di perkotaan yang ingin serba instan dan cepat dapat
membawa dampak pada lingkungan. Sampah anorganik akan semakin menumpuk, lahan
untuk di jadikan TPS pun semakin meningkat dan lahan yang tersedia semakin
sedikit, sehingga masalah sampah sulit untuk di selesaikan. Dan konsumsi
makanan dalam kemasan selain menggunakan pengawet yang mengancam kesehatan juga
membuat tanah semakin lama mengurai sampah yang kita buat.
Masalah-masalah lingkungan saling berkaitan satu sama
lain. Seperti contoh peningkatan spesies terancam punah terjadi karena ->
perburuan liar dan kehancuran habitat, kehancuran habitat terjadi karena ->
penebangan hutan dan kebakaran hutan, kebakaran hutan terjadi karna->
puntung rokok, pemanasan global juga kekeringan tanah/degradasi lahan sehingga
menyebabkan tanaman mati dan mengering sehingga mudah terbakar.
Solusi Masalah Lingkungan
Ketika lingkungan telah mengalami kerusakan, manusia
baru menyadari pentingnya pelestarian lingkungan. Ketika lingkungan menjadi
rusak dan tercemar, dampaknya ternyata memantuk kembali ke manusia. Jika bumi
tercemar dan lingkungan rusak, manusia tidak mampu menghindar dari dampak
negative yang ditimbulkannya.
-
Pengelola lingkungan secara terpadu
Dewasa
ini, kesadaran dan kepedulian lingkungan terus berkembang. Upaya pencegahan
pencemaran dan pelestarian lingkungan harus dilakukan secara terpadu, baik oleh
pemerintah, pihak-pihak terkait, misalnya pihak industry, maupun oleh setiap
individu. Pada dasarnya, ada tiga prinsip dasar yang dapat dilakukan,yaitu:
1. Penanggulangan secara Administratif
Pemerintah
mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mencegah pencemaran dan mecegah
terjadinya eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan. Contohnya, sebelum
membuang limbahnya ke lingkungan, pabrik diwajibkan mengolah limbah cair atau
memasang saringan udara pada cerobong asap. Produk (barang) pabrik harus ramah
lingkungan, misalnya tidak menghasilkan barang yang dapat mencemari lingkungan.
Gas kelompok CFC akan dihentikan produksinya karena dapat menyebabkan
menipisnya lapisan ozon di statosfer. Pembuangan sampah pabrik harus dilakukan
ke tempat khusus. Misalnya, di Surabaya terdapat insenarator, yaitu tempat
pembakaran sampah dengan suhu yang sangat tinggi sehingga tidak menghasilkan
asap, dan abu yang dihasilkan dapat dianfaatkan untuk keperluan lain.
Sebelum
membangun pabrik atau melakukan proyek, pihak pengembangan diharuska melakukan
analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal). Hal-hal yang dianalisis misalnya
seberapa besar proyek akan mencemari lingkungan, apakah faktor lingkungan
masyarakat di sekitarnya. Jika dampak negative lebih besar daripada dampak
positifnya, pemerintah tidak mengeluarkan izin untuk melanjutkan proyek. Hanya
saja, sering kali nilai lingkungan tidak dapat diukur secara konkret. Misalnya,
jika spesies (jenis tumbuhan atau hewan) punah karena terkena dampak, sulit
untuk meramalkan apa yang akan terjadi. Padahal, jika suatu makhluk hidup telah
punah, biaya sebesar apa pun tidak akan memunculkannya kembali. Kerugian
semacam ini sulit diukur.
Pemerintah
juga mengeluarkan baku mutu lingkungani, yaitu standar yang ditetapkan untuk
menentukan mutu lingkungan, misalnya baku mutu air, baku mutu sungai, dan baku
mutu udara. Di dalam baku mutu air tercantum kadar bahan pencemar (juga kadar
CO2), oksigen, forforus, nitrit, dan sebagainya yang boleh terdapat di
dalamnya. Jika pencemaran melewati standar baku mutu, pihak pencemar dapat
dikenakan sanksi.
Selain
dalam bentuk perundangan dan peraturan, pemerintah juga mencangkan program
Pembangunan Berkelanjutan. Tujuannya agar pembangunan dapat berlangsung secara
lestari dengan mempertahankan fungsi lingkungan. Salah satu contoh program
pemerintah adalah program kali bersih (prokasih). Melalui program ini,
diupayakan agar sungai dapat ditingkatkan fungsinya, airnya tidak tercemar, dan
di dalamnya hidup biota air. Sungai yang bersih dapat dijadikan sebagai objek
wisata.
Kebijakan
pemerintah yang lain adalah mengembangkan pendidikan lingkungan melalui
pendidikan formal dan nonformal.
2. Penanggulangan secara teknologis
Setap
indurstri di harapkan memiliki unit pengolah limbah, misalnya memiliki unit
pengolah limbah cair untuk mengolah limbah cair sebelum di buang ke lingkungan.
Jika penggunaannya menggunakan mikroba, maka di sebut pengolahan secara
biologis, yaitu menggunakan bakteri pengurai limbah.
3. Penanggulangan secara
edukatif/pendidikan.
Penanggulangan
secara edukatif diadakan melalui pendidikan sekolah dan penyuluhan masyarakat
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap lentingnya kelestarian
lingkungan. Selain itu menggalakkan kegiatan reduce,reuse,recycle,repair.
Untuk
menangani tanah yang sudah tercemar, maka ada dua cara yang bisa dilakukan,
yaitu :
1) Remediasi
Remediasi
adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau
on-site) dan ex-situ (atau off-site).Pembersihan on-site adalah pembersihan di
lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan,
venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan
off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah
yang aman. sSetelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat
pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap,
kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat
pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi
pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
2) Bioremediasi
Bioremediasi
adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme
(jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat
pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida
dan air). Menurut Dr. Anton Muhibuddin, salah satu mikroorganisme yang
berfungsi sebagai bioremediasi adalah jamur vesikular arbuskular mikoriza
(vam). Jamur vam dapat berperan langsung maupun tidak langsung dalam remediasi
tanah. Berperan langsung, karena kemampuannya menyerap unsur logam dari dalam
tanah dan berperan tidak langsung karena menstimulir pertumbuhan mikroorganisme
bioremediasi lain seperti bakteri tertentu, jamur dan sebagainya.
-
Terumbu karang
Lima
faktor pertama berhubungan erat dengan kondisi alam terumbu karang. Kondisi
alam dengan faktor-faktor inilah yang harus menjadi pertimbangan pemilihan
lokasi perlindungan, atau permintakatan (zonasi) suatu zona lindungan.
Pengelolaan
juga tidak bisa hanya terfokus pada suatu daerah, namun harus memperhitungkan
hubungan (connectivity) dengan daerah-daerah lain. Ini artinya, pengelola
daerah-daerah lindungan harus membangun jaringan kerja yang baik untuk menjaga
agar konektifitas antara penyuplai dan penerima larva terjaga.
Namun
perlu dicatat bahwa semua upaya yang dilakukan untuk membantu karang
beradaptasi terhadap pemutihan karang merupakan kegiatan yang tidak dapat
dipisahkan dalam upaya mengurangi dampak krisis pemanasan global, diperlukan
upaya yang keras dalam mengurangi emisi gas rumah kaca sebagai penyebab utama
pemanasan global.
Dalam
penanganan perubahan iklim, pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota
diharapkan menyusun rencana aksi nasional dalam menghadapi perubahan iklim, hal
ini disusun dengan tujuan ada dijadikan sebagai pedoman oleh berbagai instansi
dalam melaksanakan upaya-upaya terkoordinasi dan terintegrasi untuk mitigasi
dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Penanganan terhadap dampak perubahan iklim
tidak dapat dilakukan oleh segelintir sektor saja. Koordinasi antar instansi
mutlak diperlukan demi menjamin keberhasilan Indonesia dalam melakukan upaya
mitigasi dan adaptasiterhadap perubahan iklim. Perubahan iklim dan dampaknya
merupakan masalah yang kompleks dan dinamis.
Indonesia
telah melakukan beberapa upaya untuk mengimplementasikan konvensi dan protokol
dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim, yang meliputi mitigasi dan
adaptasi. Mitigasi pada dasarnya merupakan usaha penanggulangan untuk mencegah
terjadinya perubahan iklim yang semakin buruk, sedangkan adaptasi merupakan
upaya penyesuaian pola hidup dan sarananya terhadap perubahan iklim.
Sangat
mendesak untuk melakukan penyelarasan wilayah-wilayah kebijakan publik serta
instrumen hukum dan perundang-undangan yang terkait, khususnya dalam
sektor-sektor mitigasi dan adaptasi prioritas pembangunan termasuk sektor
pengguna energi (seperti pembangkit listrik, industri, transportasi, serta
domestik dan komersial), perdagangan, kehutanan, pertanian, perikanan/kelautan,
pertambangan, dan infrastruktur.
-
Mengurangi emulsi gas dari pembakaran kendaraan
-
Mengurangi produksi dan konsumsi daging.
-
Mengurangi dan mengganti penggunaan pestisida
dengan tumbuhan biopestisida yang dapat menjadi pestisida alami (misalnya tahi
kotok (Tangetes erecta linn),familia Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae,
Piperaceae, dan Rutaceae. Minyak atsiri dari tumbuhan-tumbuhan ini punya
senyawa aktif yang bisa digunakan sebagai bahan-baku insektisida).
-
Mengurangi penanaman monokutur demi menghindai
hama.
-
Membiasakan
pola hidup bersih
-
Mengatur pembuangan limbah industri sehingga
tidak mencemari lingkungan atau ekosistem
-
Pengawasan terhadap penggunaan jenis-jenis
pestisida dan zat kimia lain yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan
-
Memperluas
gerakan penghijauan
-
Tindakan tegas terhadap pelaku pencemaran
lingkungan dan perburuan liar
-
Memberikan
kesadaran terhadap masyarakat tentang arti lingkungan hidup sehingga manusia
lebih mencintai lingkungan hidupnya.
-
Penindak
tegas perburuan liar dan penebangan hutan secara berlebihan.
-
Mereboisasi
hutan yang telah gundul.
-
Menggunakan
bahan bakar ramah lingkungan.
-
Mengurangi
pemakaian energy yang tidak dapat di perbaharui seperti bensin.
-
Menanam pohon bamboo di bantaran kali, kebun
bamboo di bantaran kali dapat menahan tanah dan menghindari erosi
-
Melakukan pembersihan sungai dari sampah
-
Melakukan program keluarga berencana
-
Merubah
pola fikir, ”kerusakan lingkungan terjadi karena demi mendapatkan uang, lalu
apa dengan uang lingkungan akan kembali seperti semula dan pemanasan global
akan berkurang?”
-
Mengurangi
konsumsi makanan hasil rekayasa genetika
dDAFTAR PUSTAKA
Disusun
oleh:
♣
Ides Nurcahyanti
(54213203)
♣
Maria Ulfah (55213289)
♣
Meli Widiyati
(55213426)
♣
Valentina Dwi Febriani
(59213081)
Kelas : 1DF01
Mata
Kuliah : Ilmu Alamiah Dasar “Telaah
Masalah Lingkungan Beserta Analisis Pemecahannya”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar